Translate

Monday, June 23, 2014

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI INDONESIA

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar. Dalam strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan perkataan lain , strategi pembelajaran mengandung arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.
Berbicara mengenai strategi pembelajaran, tak terlepas dari masalah yang timbul karena tidak efektifnya strategi yang digunakan oleh pengajar khususnya dalam pembelajaran matematika. Diantaranya  adalah  pelajaran matematika di sekolah masih dianggap merupakan pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa, antara lain karena masih banyak siswa yang menganggap pelajaran matematika terasa sukar dan tidak menarik meski dalam banyak kesempatan sering pula  dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia termasuk dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang belum bisa merasakan manfaat matematika dalam kehidupan mereka. Beberapa cabang matematika tertentu yang memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis seperti berhitung, statistika dan geometri. Karena adanya  masalah tersebut, banyak  siswa menjadi kurang termotivasi dalam mempelajari matematika. Selain itu, adanya masalah tersebut juga menyebabkan pendidikan matematika di sekolah kurang memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan anak secara keseluruhan, baik bagi pengembangan kemampuan berpikir, bagi pembentukan sikap, maupun pengembangan kepribadian secara keseluruhan. Dengan situasi seperti itu, pendidikan matematika di sekolah, dan pendidikan formal pada umumnya, cenderung menghasilkan lulusan yang mempunyai banyak pengetahuan (khususnya pengetahuan faktual), tetapi miskin dalam kemampuan berpikir, dan miskin dalam hal kepribadian, termasuk berjiwa penakut, kurang berani mengambil keputusan, dan kurang berani bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan. Padahal dalam dunia yang semakin kompleks ini, pada diri setiap orang semakin dituntut adanya kemampuan berpikir yang tinggi dan kreatif, kepribadian yang jujur dan mandiri, dan sikap yang responsif terhadap perkembangan-perkembangan yang terjadi di lingkungannya atau di dalam masyarakat (NCTM, 1989; National Research Council, 1989). Hal ini berlaku di banyak negara, termasuk Indonesia, terlebih-lebih dalam era sekarang ini, di mana demokrasi, hak-hak asasi manusia, dan otonomi dalam berbagai tataran (individu, kelompok, masyarakat, dan daerah ) semakin dianggap penting.
Oleh karena itu, agar dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika dan mampu mendidik para siswa sehingga mereka bisa tumbuh menjadi orang-orang yang mampu berpikir secara mandiri dan kreatif, berkepribadian mandiri, dan mempunyai kemampuan dan keberanian dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan mereka sehingga  dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia diperlukan strategi yang tepat dalam pembelajarannya.
Strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengaktualisasikan potensi-potensi matematika adalah strategi yang memenuhi kriteria (syarat-syarat) berikut:
a.    Strategi tersebut harus memberikan kesempatan dan dorongan bagi siswa untuk secara aktif mengkonstruksi makna (meaning) dari materi-materi yang dipelajari, untuk mengusahakan agar proses pembelajaran betul-betul bermakna (meaningful) bagi para siswa yang bersangkutan, sehingga pengetahuan-pengetahuan, kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan lain-lain yang dipelajari bisa terinternalisasi dengan baik (Schifter & Fosnot, 1993). Jika proses belajar aktif dan konstruktif tidak dilakukan, dapat dikhawatirkan bahwa pembelajaran hanya terjadi secara mekanistik , sehingga pengetahuan-pengetahuan, kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan lain-lain tidak terinternalisasi dengan baik, atau bahkan tidak terinternalisasi sama sekali.
b.  Strategi harus secara ekspilist dan intensif melatih dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap seperti yang disebutkan di atas. Dalam kenyataan yang sering terjadi, pada bagian awal dari GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) ada perumusan tujuan tentang kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang diharapkan akan diperoleh akan tetapi, dalam pelaksanaan dari kegiatan pembelajaran tidak ada usaha yang eksplisit untuk mengupayakan agar kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap itu betul-betul bisa diperoleh, dengan akibat bahwa para siswa kemungkinan besar tidak bisa memperoleh atau mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap tersebut.
c.  Strategi pembelajaran matematika tersebut harus banyak menggunakan contoh-contoh kejadian (kasus, fenomena) dari dunia nyata untuk dikupas atau dinalisis. Misalnya, untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam dunia nyata, contoh-contoh masalah yang berasal dari dunia sebaiknya juga digunakan. Dengan contoh-contoh kasus nyata tersebut, di samping proses pemecahan masalah menjadi aktual, siswa juga mengetahui konteks-konteks dalam dunia nyata yang bisa dianalisis secara matematis, atau bisa dikupas segi-segi matematisnya. Proses ini juga akan memperkuat motivasi siswa dalam mempelajari matematika, sebab siswa mengetahui relevansi matematika yang mereka pelajari dengan situasi kehidupan nyata yang mereka alami. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Prof. Hans Freudenthal  bahwa matematika yang dipelajari oleh siswa sedapat mungkin harus dekat atau relevan dengan kenyataan hidup yang dialami oleh para siswa sehari-hari (dalam de Lange, 1987; dan Heuvel-Panhuizen, 1996).
d. Strategi tersebut perlu menunjukkan kegunaan matematika secara terintegrasi pada berbagai masalah, untuk mengusahakan agar siswa memahami bahwa dalam kehidupan nyata seringkali suatu masalah atau suatu gejala memuat berbagai aspek sehingga cabang matematika bisa dipakai bersama-sama untuk menganalisis masalah atau gejala tersebut.
Jika kita mencermati pembelajaran matematika di sekolah di Indonesia dewasa ini, ada beberapa gejala yang tampak mencolok, antara lain :
a.    Materi pembelajaran yang sangat padat dibandingkan dengan waktu yang tersedia
b. Strategi pembelajaran yang lebih didominasi oleh upaya untuk menyelesaikan materi pembelajaran dalam waktu yang tersedia, dan kurang adanya proses dalam diri siswa untuk mencerna materi secara aktif dan konstruktif.
c.    Orientasi pembelajaran yang terpaku pada ulangan umum atau Ebtanas.
d.   Kurang keterkaitan antara materi dan proses pembelajaran dengan dunia nyata.

Berdasarkan gejala-gejala tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di Indonesia saat ini belum mampu mengaktualisasikan potensi-potensi matematika pada diri siswa. Untuk mengupayakan agar pembelajaran matematika di Indonesia dapat mengaktualisasikan potensi-potensi  matematika pada diri  siswa, salah satu hal yang perlu diterapkan adalah penerapan strategi pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari matematika secara aktif dan konstruktif, dan upaya untuk lebih melibatkan dunia nyata dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.

Wednesday, June 11, 2014

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

A.  Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, internet, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. Meskipun informasi dapat dengan mudah diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan daripadanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa terbiasa belajar sepanjang hayat.
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana Cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan. Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana Cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran.
Pendekatan (approach) pembelajaran adalah Cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat  dari  pendekatannya,  pembelajaran  terdapat  dua  jenis  pendekatan,  yaitu: 
1.    Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau  berpusat  pada  siswa  (student  centered  approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajara.
2.    Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau berpusat pada guru (teachercentered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
B.  Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
·      Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
·      Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
·      Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
·      Mendiagnosis masalah-masalahbelajar  yang timbul.
·      Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan
C.  Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
Adapun macam-macam pendekatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.    Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teach Learning)
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme artinya filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan harus utuh. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke 20 yaitu filosofi belajar yang menekankan kepada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Ø  CTL mencerminkan konsep saling bergantungan.
Ø  CTL mencerminkan prinsip deferensiasi
Ø  CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.
Komponen pembelajaran kontekstual, yaitu: Konstruktivisme,  Inkuiri, Bertanya,  Masyarakat belajar,  Pemodelan, Refleksi, Penilaian.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
·      Memilih tema
·      Menentukan konsep yang akan dipelajari
·      Menentukan kegiatan-kegiatan investigasi konsep-konsep terdaftar
·      Menentukan mata pelajaran terkait (dalam bentuk diagram)
·      Mereview kegiatan-kegiatan dan mata pelajaran terkait
·      Menentukan urutan kegiatan dan
·      Menyiapkan tindak lanjut
2.    Pendekatan Pembelajaran Quantum (quantum teaching)
Quantum Teaching berarti pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansannya yang menyertakan segala Kaitan, Interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan moment belajar dalam kelas. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Sehingga dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching yaitu setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan metode intruksional dibangun diatas prinsip “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar.
Prinsip-prinsip pembelajaran quantum adalah :
§  Segalanya Berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran , dari alat bantu mengajar sampai alat peraga, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
§  Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan, semuanya.
§  Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakan rasa ingin tahu, oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh nama / konsep yang akan dipelajari.
§  Alat setiap usaha
Belajar matematika jelas mengandung resiko. Belajar terjadi melangkah keluar dari kenyamanan, maka mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
§    Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan adalah serapan pelajaran sukses, perayaan atau pemberian penguatan akan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi positif dalam belajar matematika.
 Langkah-langkah pelaksanaannya sering dikenal sebagai kerangka rancangan quantum teaching TANDUR yaitu :
·      Langkah pertama: Tumbuhkan
Pada langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Dan memberi tahu siswa bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, mengaitkan pelajarn dengan masa depan dan berguna dalam dunia nyata. Sehingga mereka tahu apa manfaat dari apa yang sdang mereka pelajari bagi diri mereka biasannya dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
·      Langkah Kedua : Alami
Guru memberika pengalamn kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Karena pengalaman membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakn beberaap pertanyaan dalam benak mereka. Saaat pengalaman terbentang, guru mengumpulkan inforamasi untuk memaknai pengalamn tersebut. Inforamsi ini membuat yang abstrak menjadi konkrit.
·      Langkah Ketiga : Namai
Setelah membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan keingintahuan siswa.Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakn kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
·      Langkah Keempat : Demonstrasi
Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untukmenunjukkan bahwa mereka tahu. Guru memberikan peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dank e dalam kehidupan mereka serta mampu mempergakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan ynag baru saja mereka miliki.
·      Langkah Kelima : Ulangi
Siswa diberi kesempatan untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain. Tentunya, dengan menggunaka cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dan tentunya menunjukan pelajar cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.
·      Langkah Keenam: Rayakan
Pada langkah terakhir ini, saatnya untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi siswa. Perayaan disini dapat dilakukan dengan memberikan pujian, bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dll.
3.    Pendekatan Ilmiah (scientific)
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau      melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik    yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan   bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas          yang  melandasi penerapan metode ilmiah.
 Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam    melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan   pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
Menurut  majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan  bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang  mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi      perbedaan kemampuan siswa. Pada penerbitan berikutnya pada tahun            2007  dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran          harus memenuhi  tiga prinsip utama; yaitu: Belajar siswa aktif, dalam hal ini  termasuk inquiry-based learning atau             belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok,    dan belajar berpusat pada siswa. Assessment berarti  pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan       dengan target pencapaian tujuan belajar. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman.  Pendekatan ini membawa   konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta       konteks.
Pendekatan  Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan pendekatan ilmiah terdapat aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan pendekatan ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut:
·      Merumuskan pertanyaan.
·      Merumuskan latar belakang penelitian.
·      Merumuskan hipotesis.
·      Menguji hipotesis melalui percobaan.
·      Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
·      Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.
·      Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan      pengujian kembali.
Berikut ini       tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan      pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:
a.    Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat        dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,  khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b.    Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang   menyimpang dari alur berpikir logis.
c.    Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan      mengaplikasikan materi pembelajaran.
d.   Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam      melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi        pembelajaran.
e.    Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan         mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon       materi pembelajaran.
f.     Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat            dipertanggungjawabkan.
g.    Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun        menarik sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
4.    Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada proses perolehan hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya merupakan pemberian informasi, sehingga hasilnya kurang bermakna dan kurang bertahan lama. Kondisi demikian cenderung memperlihatkan modus pembelajaran yang lebih expository. Bagaimanapun pendekatan ini masih dibutuhkan dalam pembelajaran, karena tidak semua bahan pembelajaran dapat disampaikan dengan pendekatan keterampilan proses. Karena faktor jenis bahan atau waktu yang tersedia tidak memungkinkan dilakukan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses semua. Hanya saja perlu digali bagaimana penerapan pendekatan konsep ini dapat berlangsung semaksimal mungkin di dalam pembelajaran.
Apapun pendekatan yang digunakan sebenarnya yang diharapkan hasil belajar dari pendekatan tersebut adalah peserta didik dapat membentuk kerangka kognitif sendiri. Maksudnya, konsep yang dimiliki oleh peserta didik adalah hasil bangunannya sendiri, sehingga konsep tersebut benar-benar menjadi milik peserta didik yang pada akhirnya mudah mereproduksi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Dalam strategi expository guru cenderung memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Sedangkan, peserta didik hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru, sehingga siap disampaikan kepada peserta didik, dan peserta didik diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu.
Langkah-langkah pendekatan pembelajaran konsep adalah sebagai berikut:
·      Preparasi, yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.
·      Apersepsi, yaitu guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan diajarkan.
·      Presentasi, yaitu guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh peserta didik membaca bahan yang telah dipersiapkan (diambil) dari buku teks tertentu atau ditulis oleh guru.
·      Resitasi, yaitu bertanya dan peserta didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari (lisan atau tertulis).
5.    Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).
Pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:
·      Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,
·      Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berfikir kritis,
·      Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicaraan yang baik,
·      Waktu yang tersedia sedikit.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah
o  guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif,
o  guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi  dan contoh-contohnya,
o  guru menyajikan  contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan  antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum,
o  guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
6.    Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general). APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu usaha APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan observasi dari praktek yang ada.
pendekatan induktif tepat digunakan manakala:
·      Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
·      Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan,
·      Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
·      Waktu yang tersedia  cukup panjang.
Langkah-langkah yang harus  ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif  yaitu:
o  Memilih dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum, prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan diajarkan.
o  Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan umum itu sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban sementara) yang bersifat umum.
o  Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa.
o  Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru atau oleh siswa.
7.    Pendekatan Heuristik
Kata heuristik dari bahasa Yunani yaitu “heuriskein” yang berarti “saya menemukan”. Pengertian ini menurut Rusyan (1993:114) adalah semacam fakta psikologis yang muncul sebagai kodrat manusia yang memiliki nafsu untuk menyelidiki sejak bayi. Metode heuristik ini dipromosikan oleh Professor Amstrong abad ke-19, menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan. Strategi belajar mengajar heuristik adalah merancang pembelajaran dari berbagai aspekdari pembentukan system intruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, konsep yang mereka butuhkan.
Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada anggapan, bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan antara materi-materi itu. Sedangkan metode inkuiri adalah para siswanya bebas memilih atau menyusun objek yang dipelajarinya, mulai menentukan masakah, mengumpulkan data, analisis data hingga pada kesimpulannya yaitu anak menemukan sendiri.
Prinsip pendekatan heuristik adalah :
·      Aktivitas peserta didik menjadi focus perhatian utama dalam belajar.
·      Berpikir logis adalah cara yang paling utama dalam menemukan sesuatu.
·      Proses mengetahui dari sesuatu yang sudah diketahui menuju kepada yang belum diketahui adalah jalan pelajaran yang paling rasional dalam pelajaran di sekolah.
·      Pengalaman yang penuh tujuan adalah tonggak dari usaha pembelajaran pesrta didik kearah belajar berbuat, bekerja dan berusaha.
·      Perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia brpikir dan belajar mandiri.
Dengan prinsip ini menunjukan bahwa pendekatan heurisrik dapat mendorong peserta didik bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan mengembangkan berpikir mandiri.
Langkah-langkah pendekatan heuristik adalah sebagai berikut:
§  Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan untuk diteliti.
·      Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.
·      Siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat.
·      Merumuskan penemuan  inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip yang lebih formal.
·      Melakukan analisis terhadap proses pembelajaran.
8.    Pendekatan Open-Ended
Pembelajaran dengan pendekatan Open-ended mengharapkan siswa tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban. Pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses belajar mengajar. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan open-ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktifantara siswa dan matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Perlu digarisbawahi bahwa kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebabkan terbuka jika memenuhi tiga aspek berikut.
1.    Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai dengan kehendak mereka. Misalnya, guru memberikan permasalahan seperti berikut kepada siswa: Dengan menggunakan berbagai cara, hitunglah jumlah sepuluh bilangan ganjil pertama mulai dari satu! Dengan begitu siswa berkesampatan melakukan beragam aktivitas untuk menjawab permasalahan yang di berikan sesuai dengan pikiran dan kemampuannya.
2.    Kegiatan matematik adalah ragam berpikir
Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan matematik akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam dunia matematika.
3.    Kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan.
Kegiatan siswa dan kegiatan matematik dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematik siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Dengan kata lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan permasalahan yang diberikan, dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematikpada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Dengan demikian, guru tidak perlu mengarahkan agar siswa memecahkan permasalahan dengan cara atu pola yang sudah ditentukan, sebab akan menghambat kebebasan berpikir siswa untuk menemukan cara baru menyelesaikan permasalahan.
Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan open-ended adalah sebagai berikut:
Langkah penting yang harus dikembangkan guru dalam pembelajran melalui pendekatan open-ended adalah menyusun rencana pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan kepada siswa, yakni:
a.  Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan bernilai?
Masalah (problem) harus mendorong siswa untuk berfikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa yang berkemampuan tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai kemampuannya.
b.  Apakah level matematika dari masalah (problem) itu cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan problem open-ended, mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang mereka punyai. Jika guru memprediksi bahwa persoalan itu diluar jangkauan siswa, maka problem itu harus diubah/diganti dengan problem yang berada dalam wilayah pemikiran siswa.
c.  Apakah problem itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?
Problem harus memiliki keterkaitan atau dihubungkan dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
Apabila kita telah memformulasi problem mengikuti kriteria yang telah dikemukakan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana pembelajaran yang baik. Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.    Tuliskan respon siswa yang diharapkan
Siswa diharapkan merespon problem open-ended dengan berbagai cara. Oleh karena itu guru harus menuliskan daftar antisipasi respon siswa terhadap problem. Karena kemampuan siswa dalam mengekspresikan idea tau pikirannya terbatas, mungkin mereka tidak akan mampu menjelaskan aktivitas mereka dalam memecahkan problem itu. Namun mungkin juga mereka mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara berbeda. Dengan demikian antisipasi guru membuat banyak kemungkinan respon yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan permasalahan sesuai dengan cara kemamapuan siswa.
b.    Tujuan dari problem itu diberikan harus jelas
Guru harus memahami peranan problem itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Problem dapat diperlakukan sebagai topik yang independen, seperti dalam pengenalan konsep baru, atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajar siswa. Dari pengalaman, problem open-ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau dalam rangkuman dari kegiatan belajar.
c.    Sajikan problem semenarik mungkin.
Konteks permasalahan yang diberikan harus dikenal baik oleh siswa dan harus membangkitkan semangat intelektual. Karena problem open-ended memerlukan waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan, maka problem itu harus mampu menarik perhatian siswa.
d.   Lengkapi prinsip posting problem sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari problem itu.
Problem harus diekspresikan sedemikian sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan jika eksplanasi problem terlalu ringkas. Hal ini dapat timbul karena guru bermaksud memberikan kebebasan yang cukup bagi siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah atau bisa diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki pengalaman dalam belajar karena terbiasa mengikuti petunjuk-petunjuk dari buku teks. Untuk menghindari kesulitan yang dihadapi siswa seperti ini, guru harus memberikan perhatian khusus menyajikan atau menampilkan problem.
e.    Berikan waktu yang cukup kepada siswa untukmengeksplorasi problem.
Kadang-kadang waktu yang diberikan tidak cukup dalam menyajikan problem pemecahannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian, dan merangkum apa yang telah siswa pelajari. Oleh karena itu guru harus memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi problem. Berdiskusi secara aktif anatara siswa dan antara siswa dengan guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran open-ended. Guru dapat membuat dua periode waktu untuk satu problem open-ended. Periode pertama, siswa bekerja secara individual atau kelompok dalam memecahkan problem dan membuat rangkuman dari proses penemuan yang mereka lakukan. Kemudian periode kedua, digunakan untuk diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan serta penyimpulan dari guru, dari pengalaman pembelajaran seperti ini terbukti efektif.
9.    Pendekatan Pembelajaran Berbasis Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa Inggris Portfolio yang artinya dokumen atau surat-surat (Fajar, 2005:47). Dapat juga di artikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang di seleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam pendekatan pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang di kaji. Dalam pendekatan Pembelajaran Berbasis Portofolio siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, parsitipatif, prospektif dan bertanggung jawab. Secara rinci melalui pendekatan pembelajaran pembelajaran berbasis portofolio diharapkan siswa dapat:
·      Memperoleh pengalaman yang lebih besar tentang masalah yang dikaji. 
·      Belajar bagaimana cara yang lebih kooperatif dengan orang lain untuk memecahkan masalah. 
·      Meningkatkan keterampilan dalam meneliti. 
·      Memperoleh pemahaman yang lebih baik. 
·      Belajar bagaimana berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah. 
·      Meningkatkan rasa percaya dirinya, karena merasa telah dapat memecahkan masalah.
Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang di kembangkan melalui pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Pada hakikatnya dengan pembelajaran berbasis portofolio, disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Pengalaman langsung dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa, dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun (merekonstruksi) sendiri-sendiri informasi yang sudah diperolehnya.
Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan pembelajaran berbasis portofolio adalah sebagai berikut:
·      Mengidentifikasi masalah yang ada 
·      Memilih suatu masalah untuk dikaji dikelas 
·      Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji 
·      Membuat fortofolio kelas. 
·      Menyajikan fortofolio/dengar pendapat. 
·      Melakukan refleksi pengalaman belajar. 
10.     Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Secara umum pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) mengkaji tentang materi apa yang akan diajarkan kepada siswa beserta rasionalnya, bagaimana siswa belajar matematika, bagaimana topik-topik matematika seharusnya diajarkan, serta bagaimana menilai kemajuan belajar siswa. Gravenjer dalam (Irwan Rozani, 2010) menyebutkan tiga prinsip pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) sebagai berikut.
1) Guided Reinventation and Progessive Mathematizing
Berdasarkan prinsip Reinvention, para siswa semestinya diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses saat matematika ditemukan. Untuk keperluan tersebut maka perlu ditemukan masalah konstektual yang dapat menyediakan beragam prosedur penyelesaian serta mengindikasikan rute pembelajaran yang berangkat dari tingkat belajar matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika secara formal (progessive mathemazing).
2) Didactical Phenomologi
Berdasar prinsip ini penyajian topik-topik matematika yang termuat dalam pembelajran matematika realistik disajikan atas dua pertimbangan yaitu (i) memunculkan ragam aplikasi yang harus diantisipasi dalam proses pembelajaran dan (ii) kesesuaiannya sebagai hal yang berpengaruh dalam proses progressive mathemazing.
3) Self Developed Models
Berdasar prinsip ini saat mengerjakan masalah konstektual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa mengembangkan model yang diakrabinnya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan akhirnya mode tersebut menjadi sungguh-sungguh ada (entity) yang dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep matematika dalam menyelesaikan berbagai masalah. Masalah tersebut dapat berupa masalah konstektual yang harus dirubah kedalam bentuk masalah matematika, kemudian menyelesaikannya dengan menggunakan konsep, operasi dan prosedur matematika yang berlaku dan dipahami siswa. Siswa mengembangkan cara penyelesaian tersebut dengan menggunakan cara-cara matematika yang sudah diketahuinya.
Pendekatan Realistic Mathematics Education mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut.
·      Menggunakan konteks, artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang konstektual bagi siswa.
·      Menggunakan model, artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah tingkat abstrak.
·      Menggunakan kontribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.
·      Interaktif, artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya
·      Intertwin, artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.
Langkah-langkah pendekatan Realistic Mathematic Education
Berdasarkan pengertian, prinsip, dan karakterisistik Pendekatan Realistic Mathematic Education sebagaimana telah diuraikan maka dapat dirancang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education sebagai berikut :
Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
Pada langkah ini guru menyajikan masalah konstektual kepada siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memahami masalah itu terlebih dahulu. Karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada langkah ini adalah mennggunakan konsteks.
Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
Langkah ini ditempuh saat siswa mengalami kesulitan memahami masalah kontektual. Pada langkah ini guru memberikan bantuan dengan memberi petunjuk atau pertanyaan seperlunya yang dapat mengarahkan siswa untuk memahami masalah. Karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada langkah ini adalah interaktif, yaitu terjadinya interaksi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Langkah 3. Menyelesaikan masalah kontektual
Pada tahap ini siswa didorong menyelesaikan masalah kontektual secara individu berdasar kemampuannya dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk yang telah disediakan. Pada tahap ini, dua prinsip pendekatan Realistic Mathematic Education yang dapat dimunculkan adalah guided reiventation and progressive mathemazing dan self-developed models. Karakteristik yang dapat dimunculkan adalah penggunaan model. Dalam menyelesaikan masalah siswa mempunyai kebebasan membangun model atas masalah tersebut.
Langkah 4: Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Pada tahap ini guru mula-mula meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masing-masing. Selanjutnya guru meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang telah dimilikinya dalam diskusi kelas, sedangkan karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada tahap ini adalah interaktif dan menggunakan kontribusi siswa. Interaksi dapat terjadi antara siswa dengan siswa juga antara guru dengan siswa.
Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan mengenahi pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip yang telah dibangun bersama. Pada tahap ini karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul adalah interaktif serta menggunakan kontribusi siswa.