Model pengajaran langsung khususnya dirancang untuk
meningkatkan pembelajaran siswa tentang pengetahuan faktual yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan cara bertahap dan untuk membantu siswa
menguasai pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk menampilkan keterampilan
sederhana dan kompleks. Tujuan pengajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan
pemerolehan pengetahuan dengan tujuan yang dimaksudkan untuk pengembangan
ketemapilan.
Model pengajaran langsung dapat diterapkan dalam
semua mata pelajaran, tetapi model ini paling tepat untuk pelajaran yang
berorientasi pada kinerja, seperti membaca, menulis, matematika, musik dan
pendidikan olahraga. Model ini juga cocok untuk komponen keterampilan dari
pelajaran yang berorientasi informasi seperti sejarah dan sains. Misalnya
pengajaran langsung akan digunakan untuk membantu siswa mempelajari cara
membuat atau membaca peta, menggunakan jadwal, atau menyesuaikan mikroskop
supaya fokus.
1. Menyiapkan
Tujuan
Ketika menyiapkan tujuan untuk
pelajaran pengajaran langsung, format perilaku yang lebih khusus biasanya
merupakan pendekatan yang disukai. Tujuan yang baik harus berpusat pada siswa
dan spesifik, menyatakan situasi pengetesan (penilaian), dan mengidentifikasi
tingkat kinerja yang diharapkan. Perbedaan utama antara menulis tujuan untuk
pelajaran yang berorientasi pada keterampilan dan menulis pelajaran dengan
konten yang lebih kompleks adalah bahwa tujuan yang berorientasi keterampilan
biasanya menujukkan perilaku yang diamati dengan mudah yang dapat diungkapkan dengan tepat dan
diukur dengan akurat. Misalnya jika tujuannya adalah membuat siswa dapat
memanjat tali sepanjang 15 kaki dalam tujuh menit, perilaku tersebut dapat
diamati dan diukur waktunya. Jika tujuannya adalah menyuruh siswa mengamati
bola dunia dan menunjukkan Irak, perilaku tersebut juga dapat diamati.
2.
Kemajuan Belajar
dan Analisis Tugas
Kemajuan belajar dan analisis tugas
merupakan alat yang digunakan guru untuk mendefinisikan hasil belajar yang
terkait dengan potongan pengetahuan atau keterampilan tertentu dan menentukan
cara terbaik menyusun pengajaran. Alat ini, kadang dikaitkan dengan Popham (2008), digunakan untuk
mengidentifikasi seperangkat sub keterampilan atau sub pengetahuan yang
memampukan (blok pembangun) yang harus dikuasai siswa dalam perjalanannya
menuju tujuan atau standar yang lebih global atau keseluruhan.
Analisis tugas merupakan alat yang
sama. Gagasan pokok di balik analisis tugas adalah bahwa pemahaman dan
keterampilan kompleks tidak dapat dipelajari pada satu saat saja atau secara
keseluruhan. Alih-alih untuk memudahkan pemahan dan penguasaan, keterampilan
dan pemahaman kompleks pertama-tam harus dibagi menjadi bagian-bagian penting. Analisis
tugas membantu guru mendefinisikan secara tepat apa yang perlu dilakukan siswa
untuk menampilkan keterampilan yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai melalui
beberapa tahap:
a. Mencari
tahu apa yang dilakukan orang yang berpenga\etahuan luas ketika keterampilan
ditampilkan
b. Membagi
keterampilan keseluruhan menjadi sub keterampilan
c. Meletakkan
sub keterampilan dengan urutan tertentu, menunjukkan sub keterampilan mana yang
mungkin menjadi prasyarat keterampilan lain
d. Merancang
strategi untuk mengajarkan setiap sub keterampilan dan cara menggabungkannya
Terkadang, analisis tugas dapat berbentuk diagram
alir. Hal ini memungkinkan keterampilan dan hubungan anatara sub keterampilan
untuk divisualisasikan. Hal ini juga dapat menunjukkan berbagai langkah yang harus dilalui pembelajar dalam
memperoleh keterampilan tersebut. Satu keterampilan kompleks yang dibutuhkan
oleh siswa yang mengambil kelas sains
adalah cara menggunkan mikroskop. Terdapat beberapa tahapan dan sub
keterampilan yang harus dikuasai siswa sebelum mereka dapat memfokuskan
mikroskop secara efektif dan aman.
Guru yang efektif
bersandar pada konsep utama yang terkait dengan alat-alat tersebut yaitu
bahwa sebagian besar keterampilan memeliki beberpa sub keterampilan dan bahwa
pelajaran tidak dapat belajar untuk menampilakn keterampilan secara utuh
kecuali mereka telah menguasi bagian-bagiannya. Sebaliknya, guru harus tetap
sadar bahwa mengetahui cara melakukan semua bagian tidak otomatis menghasilkan
penggabungan semua bagian, sehingga keterampilan yang lebih besar dan kompleks
dapat ditampilkan dengan tepat.
3. Merencanakan
Waktu dan Ruang
Merencanakan dan mengelolah waktu
sangatlah penting bagi pelajaran pengajaran langsung. Guru harus memastikan
waktunya cukup, cocok dengan bakat dan kemampuan siswa dalam kelas tersebut,
dan siswa termotivasi untuk tetap terlibat selama pelajaran. Memastikan bahwa
siswa memahami tujuan pelajaran pengajaran langsung dan mengaitkan pelajaran
dengan pengetahuan awal dan minat siswa merupakan cara-cara meningkatkan atensi
dan keterlibatan siswa.
Merencanakan dan mengelola ruang
juga sangat penting untuk pelajaran
prngajaran langsung. Banyak guru lebih suka menggunakan formasi maja baris dan
kolom yang tradisional. Formasi ini paling tepat untuk situasi dimana perhatian
harus diarahkan pada guru atau pada informasi yang sedang ditampilkan di depan
kelas. Variasi lain dari susunan baris dan kolom yang tradisional tadi adalah
susunan meja baris mendatar. Siswa duduk saling berdekatan dalam baris yang
berjumlah lebih sedikit. Susunan ini sering bermanfaat untuk demonstrasi
pengajaran langsung dimana penting bagi siswa untuk melihat apa yang sedang
terjadi atau untuk dekat dengan guru. Tidak satu pun dari susunan baris dan
kolom maupun susunan mendatar kondusif untuk pendektan pengajaran yang berpusat
pada siswa yang bergantung pada interaksi siswa dengan siswa.
Pada setiap model
pengajaran memiliki sintaks atau fase-fase pengajaran yang berbeda antara satu
model pengajaran dengan model pengajaran yang lain. Model pengajaran langsung
memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu guru mengawali pengajaran dengan
penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan
siswa untuk menerima penjelasan guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi
materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu.
Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan
pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Kelima fase
dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail seperti berikut.
1. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan
Siswa.
a) MenjelaskanTujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka
berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa
yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran
itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui
rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau
menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi –tahap-tahap dan
isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian
siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar
tahap-tahap pelajaran itu.
b) Menyiapkan Siswa.
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan
perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil
belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan
dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok
pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang
pokok-pokok pelajaran yang lalu.
2. Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci
keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
sejelas mungkin dan mengikuti langkahlangkah demonstrasi yang efektif.
a. Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan
informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai
melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam
melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi
keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah
kecil selangkah demi selangkah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyampaian informasi/presentasi adalah:
· kejelasan tujuan dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu
ide (titik, arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari
pokok bahsan/LKS;
· presentasi selangkah demi selangkah;
· prosedur spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh
kongkrit dan beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan
berulang-ulang untuk poin poin yang sulit;
· pengecekan untuk pemahaman siswa, yaitu pastikan bahwa siswa
memahami satu poin sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan
kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah
dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasan
mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa
dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa
b. Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian
besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku
orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu
diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya
tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat
mendemonstrasikan suatu keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu
sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan
berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.
3. Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah
satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan
melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam
pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan
lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang
baru atau yang penuh tekanan
Beberapa
prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan
melakukan pelatihan adalah seperti berikut :
Ø
Tugasi
siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.
Ø
Berikan
pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari
Ø
Hati-hati
terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan
latihan terdistribusi (distributed practiced)
Ø
Perhatikan
tahap-tahap awal pelatihan.
4. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang
disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk
memberikan umpan balik kepada siswa. Beberapa pedoman dalam memberikan umpan
balik efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut:
a. Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b. Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c. Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud
d. Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e. Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f. Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan bagaimana
melakukannya dengan benar
g. Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada “proses” dan bukan
pada “hasil.”
h. Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan
bagaimana menilai kinerjanya sendiri.
5. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai
fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan
rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. Kardi dan Nur
(2000: 43) memberikan tiga panduan umum latihan mandiri yang diberikan sebagai
pekerjaan rumah seperti berikut.
a.
Tugas
rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran,
tetapi merupakan kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran
berikutnya
b.
Guru
seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa, tentang tingkat
keterlibatan yang diharapkan
c.
Guru
seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah tersebut.
No comments:
Post a Comment