A.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Belajar dapat dilakukan
di sembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio,
televisi, film, internet, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar.
Meskipun informasi dapat dengan mudah diperoleh, tidak dengan sendirinya
seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, pengetahuan dan
ketrampilan daripadanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan
keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga
siswa terbiasa belajar sepanjang hayat.
Interaksi dalam pembelajaran adalah
bagaimana Cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar
dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru,
bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru
sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui
pendekatan-pendekatan yang dilakukan. Proses interaksi pembelajaran yang mampu
meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana Cara guru
melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran.
Pendekatan (approach) pembelajaran
adalah Cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan
agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu:
1.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach), dimana pada
pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajara.
2.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teachercentered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi
subjek utama dalam proses pembelajaran.
B.
Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi
pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
· Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode
pembelajaran yang akan digunakan.
· Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
· Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
· Mendiagnosis masalah-masalahbelajar yang timbul.
· Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan
C.
Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
Adapun
macam-macam pendekatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teach Learning)
Pembelajaran Kontekstual adalah
konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme artinya
filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.
Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan
tidak bisa dipisah-pisahkan harus utuh. Konstruktivisme berakar pada filsafat
pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke 20 yaitu filosofi
belajar yang menekankan kepada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Ø CTL mencerminkan konsep saling bergantungan.
Ø CTL mencerminkan prinsip deferensiasi
Ø CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.
Komponen pembelajaran kontekstual, yaitu: Konstruktivisme,
Inkuiri, Bertanya, Masyarakat belajar, Pemodelan, Refleksi,
Penilaian.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
· Memilih tema
· Menentukan konsep yang akan dipelajari
· Menentukan kegiatan-kegiatan investigasi konsep-konsep terdaftar
· Menentukan mata pelajaran terkait (dalam bentuk diagram)
· Mereview kegiatan-kegiatan dan mata pelajaran terkait
· Menentukan urutan kegiatan dan
· Menyiapkan tindak lanjut
2.
Pendekatan Pembelajaran Quantum (quantum teaching)
Quantum Teaching berarti pengubahan
belajar yang meriah dengan segala nuansannya yang menyertakan segala Kaitan,
Interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan moment belajar dalam kelas.
Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa. Sehingga dapat mengubah kemampuan dan bakat
alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang
lain. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching yaitu setiap
interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan metode intruksional
dibangun diatas prinsip “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia
kita ke dunia mereka”. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia
murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar.
Prinsip-prinsip
pembelajaran quantum adalah :
§ Segalanya Berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas
hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran ,
dari alat bantu mengajar sampai alat peraga, semuanya mengirim pesan tentang
belajar.
§ Segalanya Bertujuan
Semua
yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan, semuanya.
§ Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita
berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakan rasa
ingin tahu, oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum memperoleh nama / konsep yang akan
dipelajari.
§ Alat setiap usaha
Belajar matematika jelas mengandung
resiko. Belajar terjadi melangkah keluar dari kenyamanan, maka mereka patut
mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
§ Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan adalah serapan pelajaran
sukses, perayaan atau pemberian penguatan akan memberikan umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan emosi positif dalam belajar matematika.
Langkah-langkah pelaksanaannya sering
dikenal sebagai kerangka rancangan quantum teaching TANDUR yaitu :
· Langkah
pertama: Tumbuhkan
Pada langkah ini guru harus
menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa. Dan memberi tahu siswa bahwa
merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, mengaitkan
pelajarn dengan masa depan dan berguna dalam dunia nyata. Sehingga mereka tahu
apa manfaat dari apa yang sdang mereka pelajari bagi diri mereka biasannya
dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
· Langkah
Kedua : Alami
Guru memberika pengalamn kepada
siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Karena
pengalaman membangun keingintahuan siswa dan dapat menciptakn beberaap
pertanyaan dalam benak mereka. Saaat pengalaman terbentang, guru mengumpulkan
inforamasi untuk memaknai pengalamn tersebut. Inforamsi ini membuat yang
abstrak menjadi konkrit.
· Langkah
Ketiga : Namai
Setelah membuat siswa penasaran,
penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat memuaskan
keingintahuan siswa.Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan
identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi,
fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakn kata kunci,
konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
· Langkah
Keempat : Demonstrasi
Guru diharapkan dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untukmenunjukkan bahwa mereka tahu. Guru
memberikan peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke
dalam pembelajaran yang lain dank e dalam kehidupan mereka serta mampu
mempergakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan ynag baru saja mereka
miliki.
· Langkah
Kelima : Ulangi
Siswa diberi kesempatan untuk
mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain. Tentunya, dengan
menggunaka cara yang berbeda dari asalnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf
dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dan tentunya menunjukan
pelajar cara-cara mengulang materi yang telah dibahas.
· Langkah
Keenam: Rayakan
Pada langkah terakhir ini, saatnya
untuk memberikan penghormatan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan yang
dilakukan dengan perayaan. Hal ini akan memperkuat kesuksesan dan memberi
motivasi siswa. Perayaan disini dapat dilakukan dengan memberikan pujian,
bernyanyi, bermain tepuk, pesta kelas dll.
3.
Pendekatan Ilmiah (scientific)
Pendekatan ilmiah berarti konsep
dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi
perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang
ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan
bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas
yang melandasi
penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa
dalam melakukan observasi atau
eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau
berkarya.
Menurut majalah Forum
Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana
dikutip Wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi
pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan
siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah
sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode
ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan
kemampuan siswa. Pada penerbitan berikutnya pada tahun
2007
dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
harus memenuhi tiga
prinsip utama; yaitu: Belajar siswa aktif, dalam hal ini
termasuk inquiry-based learning atau
belajar
berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok,
dan belajar berpusat pada siswa. Assessment berarti
pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan
dengan target pencapaian tujuan belajar. Keberagaman mengandung
makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman.
Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik,
termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode
mengajar, serta konteks.
Pendekatan Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan
dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam
penerapan pendekatan ilmiah terdapat aktivitas yang dapat diobservasi seperti
mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Pelaksanaan pendekatan ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut:
·
Merumuskan
pertanyaan.
·
Merumuskan
latar belakang penelitian.
·
Merumuskan
hipotesis.
·
Menguji
hipotesis melalui percobaan.
·
Menganalisis
hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
·
Jika
hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.
·
Jika
Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan
pengujian kembali.
Berikut ini
tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan
pembelajaran dapat dikatakan sebagai
pembelajaran scientific, yaitu:
a.
Materi
pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
b.
Penjelasan
guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka
yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
c.
Mendorong
dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran.
d.
Mendorong
dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
e.
Mendorong
dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang
rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
f.
Berbasis
pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
g.
Tujuan
pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
Proses
pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga
ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil
belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
4.
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil
daripada proses perolehan hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya
merupakan pemberian informasi, sehingga hasilnya kurang bermakna dan kurang
bertahan lama. Kondisi demikian cenderung memperlihatkan modus pembelajaran
yang lebih expository. Bagaimanapun pendekatan ini masih dibutuhkan dalam
pembelajaran, karena tidak semua bahan pembelajaran dapat disampaikan dengan
pendekatan keterampilan proses. Karena faktor jenis bahan atau waktu yang
tersedia tidak memungkinkan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
keterampilan proses semua. Hanya saja perlu digali bagaimana penerapan
pendekatan konsep ini dapat berlangsung semaksimal mungkin di dalam
pembelajaran.
Apapun pendekatan yang digunakan sebenarnya yang diharapkan hasil
belajar dari pendekatan tersebut adalah peserta didik dapat membentuk kerangka
kognitif sendiri. Maksudnya, konsep yang dimiliki oleh peserta didik adalah
hasil bangunannya sendiri, sehingga konsep tersebut benar-benar menjadi milik
peserta didik yang pada akhirnya mudah mereproduksi apabila sewaktu-waktu
dibutuhkan. Dalam strategi expository guru cenderung memberikan informasi yang
berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang
mendukung. Sedangkan, peserta didik hanya menerima saja informasi yang
diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru, sehingga siap
disampaikan kepada peserta didik, dan peserta didik diharapkan belajar dari
informasi yang diterimanya itu.
Langkah-langkah pendekatan
pembelajaran konsep adalah sebagai berikut:
·
Preparasi,
yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.
·
Apersepsi,
yaitu guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian
peserta didik kepada materi yang akan diajarkan.
·
Presentasi,
yaitu guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh
peserta didik membaca bahan yang telah dipersiapkan (diambil) dari buku teks
tertentu atau ditulis oleh guru.
·
Resitasi,
yaitu bertanya dan peserta didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata
sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari (lisan atau tertulis).
5.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah
pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,
peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus (going from the general to the specific).
Pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:
· Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,
· Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berfikir kritis,
· Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang
baik dan pembicaraan yang baik,
· Waktu yang tersedia sedikit.
Langkah-langkah
yang dapat digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah
o
guru
memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif,
o
guru
menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan
contoh-contohnya,
o
guru
menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan
antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum,
o
guru
menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan
khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
6.
Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada
pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut.
Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari
khusus menjadi umum (going from specific to the general). APB Statement No. 4
adalah contoh dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu usaha APB untuk
membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan
observasi dari praktek yang ada.
pendekatan induktif tepat digunakan
manakala:
· Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang
berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
· Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi,
sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan,
· Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan
pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
· Waktu yang tersedia cukup panjang.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model pembelajaran
dengan pendekatan induktif yaitu:
o
Memilih
dan mementukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum, prinsip dan
sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan diajarkan.
o
Menyajikan
contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip atau aturan umum itu sehingga
memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban sementara) yang bersifat umum.
o
Kemudian
bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan membenarkan
atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa.
o
Kemudian
disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan umum yang telah
terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru atau
oleh siswa.
7.
Pendekatan Heuristik
Kata heuristik dari bahasa Yunani
yaitu “heuriskein” yang berarti “saya menemukan”. Pengertian ini menurut Rusyan
(1993:114) adalah semacam fakta psikologis yang muncul sebagai kodrat manusia
yang memiliki nafsu untuk menyelidiki sejak bayi. Metode heuristik ini
dipromosikan oleh Professor Amstrong abad ke-19, menurut metode ini peserta
didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan. Strategi belajar
mengajar heuristik adalah merancang pembelajaran dari berbagai aspekdari
pembentukan system intruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari
dan menemukan sendiri fakta, prinsip, konsep yang mereka butuhkan.
Pendekatan heuristik adalah
pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk
membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran
menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada
anggapan, bahwa materi suatu bidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan
antara materi-materi itu. Sedangkan metode inkuiri adalah para siswanya bebas
memilih atau menyusun objek yang dipelajarinya, mulai menentukan masakah,
mengumpulkan data, analisis data hingga pada kesimpulannya yaitu anak menemukan
sendiri.
Prinsip
pendekatan heuristik adalah :
· Aktivitas peserta didik menjadi focus perhatian utama dalam
belajar.
· Berpikir logis adalah cara yang paling utama dalam menemukan
sesuatu.
· Proses mengetahui dari sesuatu yang sudah diketahui menuju kepada
yang belum diketahui adalah jalan pelajaran yang paling rasional dalam
pelajaran di sekolah.
· Pengalaman yang penuh tujuan adalah tonggak dari usaha pembelajaran
pesrta didik kearah belajar berbuat, bekerja dan berusaha.
· Perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia brpikir dan
belajar mandiri.
Dengan prinsip ini menunjukan bahwa pendekatan heurisrik dapat
mendorong peserta didik bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan mengembangkan
berpikir mandiri.
Langkah-langkah pendekatan heuristik adalah sebagai berikut:
§ Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan
tantangan untuk diteliti.
· Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat
khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.
· Siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan,
berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh
hubungan sebab akibat.
· Merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau
prinsip yang lebih formal.
· Melakukan analisis terhadap proses pembelajaran.
8.
Pendekatan Open-Ended
Pembelajaran
dengan pendekatan Open-ended mengharapkan siswa tidak
hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu
jawaban. Pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada
siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai
dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar
kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada
saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi
melalui proses belajar mengajar. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran
dengan open-ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan
interaktifantara siswa dan matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk
menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Perlu digarisbawahi bahwa
kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebabkan terbuka jika memenuhi tiga
aspek berikut.
1. Kegiatan
siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan siswa harus
terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk
melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai dengan kehendak mereka. Misalnya,
guru memberikan permasalahan seperti berikut kepada siswa: Dengan
menggunakan berbagai cara, hitunglah jumlah sepuluh bilangan ganjil pertama
mulai dari satu! Dengan begitu siswa berkesampatan melakukan beragam
aktivitas untuk menjawab permasalahan yang di berikan sesuai dengan pikiran dan
kemampuannya.
2. Kegiatan
matematik adalah ragam berpikir
Kegiatan matematika adalah kegiatan
yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian pengalaman nyata dalam
kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya
kegiatan matematik akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam
dunia matematika.
3. Kegiatan
siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan.
Kegiatan siswa dan kegiatan
matematik dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan
dan berpikir matematik siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan
matematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Dengan kata
lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan permasalahan
yang diberikan, dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan
kegiatan matematikpada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Dengan demikian,
guru tidak perlu mengarahkan agar siswa memecahkan permasalahan dengan cara atu
pola yang sudah ditentukan, sebab akan menghambat kebebasan berpikir siswa
untuk menemukan cara baru menyelesaikan permasalahan.
Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan open-ended adalah sebagai
berikut:
Langkah penting yang harus dikembangkan guru dalam pembelajran
melalui pendekatan open-ended adalah menyusun rencana pembelajaran. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem
tersebut disampaikan kepada siswa, yakni:
a. Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep
matematika dan bernilai?
Masalah (problem) harus mendorong siswa untuk berfikir dari
berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya dengan konsep-konsep
matematika yang sesuai untuk siswa yang berkemampuan tinggi maupun rendah
dengan menggunakan berbagai strategi sesuai kemampuannya.
b. Apakah level matematika dari masalah (problem) itu
cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan problem open-ended, mereka harus
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang mereka punyai. Jika guru
memprediksi bahwa persoalan itu diluar jangkauan siswa, maka problem itu harus
diubah/diganti dengan problem yang berada dalam wilayah pemikiran siswa.
c. Apakah problem itu mengundang pengembangan konsep
matematika lebih lanjut?
Problem harus memiliki keterkaitan atau dihubungkan dengan
konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk
berfikir tingkat tinggi.
Apabila kita telah memformulasi problem mengikuti kriteria yang
telah dikemukakan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana
pembelajaran yang baik. Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a. Tuliskan respon
siswa yang diharapkan
Siswa diharapkan merespon problem
open-ended dengan berbagai cara. Oleh karena itu guru harus menuliskan daftar
antisipasi respon siswa terhadap problem. Karena kemampuan siswa dalam
mengekspresikan idea tau pikirannya terbatas, mungkin mereka tidak akan mampu
menjelaskan aktivitas mereka dalam memecahkan problem itu. Namun mungkin juga
mereka mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara berbeda. Dengan
demikian antisipasi guru membuat banyak kemungkinan respon yang dikemukakan
siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan
permasalahan sesuai dengan cara kemamapuan siswa.
b. Tujuan dari
problem itu diberikan harus jelas
Guru harus memahami peranan problem
itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Problem dapat diperlakukan sebagai
topik yang independen, seperti dalam pengenalan konsep baru, atau sebagai
rangkuman dari kegiatan belajar siswa. Dari pengalaman, problem open-ended
efektif untuk pengenalan konsep baru atau dalam rangkuman dari kegiatan belajar.
c. Sajikan problem
semenarik mungkin.
Konteks permasalahan yang diberikan
harus dikenal baik oleh siswa dan harus membangkitkan semangat intelektual.
Karena problem open-ended memerlukan waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan,
maka problem itu harus mampu menarik perhatian siswa.
d. Lengkapi prinsip
posting problem sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari problem itu.
Problem harus diekspresikan
sedemikian sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan
pendekatan pemecahannya. Siswa dapat mengalami kesulitan jika eksplanasi
problem terlalu ringkas. Hal ini dapat timbul karena guru bermaksud memberikan
kebebasan yang cukup bagi siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan
masalah atau bisa diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
pengalaman dalam belajar karena terbiasa mengikuti petunjuk-petunjuk dari buku
teks. Untuk menghindari kesulitan yang dihadapi siswa seperti ini, guru harus
memberikan perhatian khusus menyajikan atau menampilkan problem.
e. Berikan waktu
yang cukup kepada siswa untukmengeksplorasi problem.
Kadang-kadang waktu yang diberikan
tidak cukup dalam menyajikan problem pemecahannya, mendiskusikan pendekatan dan
penyelesaian, dan merangkum apa yang telah siswa pelajari. Oleh karena itu guru
harus memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi problem.
Berdiskusi secara aktif anatara siswa dan antara siswa dengan guru merupakan
interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran open-ended. Guru dapat membuat
dua periode waktu untuk satu problem open-ended. Periode pertama, siswa bekerja
secara individual atau kelompok dalam memecahkan problem dan membuat rangkuman
dari proses penemuan yang mereka lakukan. Kemudian periode kedua, digunakan
untuk diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan serta penyimpulan dari
guru, dari pengalaman pembelajaran seperti ini terbukti efektif.
9.
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa
Inggris Portfolio yang artinya dokumen atau surat-surat (Fajar, 2005:47). Dapat
juga di artikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan
tertentu. Pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa
dengan maksud tertentu dan terpadu yang di seleksi menurut panduan-panduan yang
ditentukan. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa,
tetapi dalam pendekatan pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya
terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara
kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari
pemecahan terhadap suatu masalah yang di kaji. Dalam pendekatan Pembelajaran
Berbasis Portofolio siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif,
parsitipatif, prospektif dan bertanggung jawab. Secara rinci melalui pendekatan
pembelajaran pembelajaran berbasis portofolio diharapkan siswa dapat:
· Memperoleh pengalaman yang lebih besar tentang masalah yang
dikaji.
· Belajar bagaimana cara yang lebih kooperatif dengan orang lain
untuk memecahkan masalah.
· Meningkatkan keterampilan dalam meneliti.
· Memperoleh pemahaman yang lebih baik.
· Belajar bagaimana berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah.
· Meningkatkan rasa percaya dirinya, karena merasa telah dapat
memecahkan masalah.
Dengan
demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang
di kembangkan melalui pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan secara bertahap
dan berkesinambungan. Pada hakikatnya dengan pembelajaran berbasis portofolio,
disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa
juga memperoleh pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam
arti melibatkan siswa atau mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran.
Pengalaman langsung dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada
diri siswa, dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun
(merekonstruksi) sendiri-sendiri informasi yang sudah diperolehnya.
Langkah-langkah
pelaksanaan pendekatan pembelajaran berbasis portofolio adalah sebagai berikut:
· Mengidentifikasi masalah yang ada
· Memilih suatu masalah untuk dikaji dikelas
· Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang
dikaji
· Membuat fortofolio kelas.
· Menyajikan fortofolio/dengar pendapat.
· Melakukan refleksi pengalaman belajar.
10.
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Secara umum pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) mengkaji tentang materi apa yang akan
diajarkan kepada siswa beserta rasionalnya, bagaimana siswa belajar matematika,
bagaimana topik-topik matematika seharusnya diajarkan, serta bagaimana menilai
kemajuan belajar siswa. Gravenjer dalam (Irwan Rozani, 2010) menyebutkan tiga
prinsip pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) sebagai berikut.
1) Guided Reinventation and Progessive Mathematizing
Berdasarkan prinsip Reinvention, para siswa semestinya diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses saat matematika ditemukan. Untuk keperluan tersebut maka perlu ditemukan masalah konstektual yang dapat menyediakan beragam prosedur penyelesaian serta mengindikasikan rute pembelajaran yang berangkat dari tingkat belajar matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika secara formal (progessive mathemazing).
2) Didactical Phenomologi
Berdasar prinsip ini penyajian topik-topik matematika yang termuat dalam pembelajran matematika realistik disajikan atas dua pertimbangan yaitu (i) memunculkan ragam aplikasi yang harus diantisipasi dalam proses pembelajaran dan (ii) kesesuaiannya sebagai hal yang berpengaruh dalam proses progressive mathemazing.
3) Self Developed Models
Berdasar prinsip ini saat mengerjakan masalah konstektual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa mengembangkan model yang diakrabinnya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan akhirnya mode tersebut menjadi sungguh-sungguh ada (entity) yang dimiliki siswa.
1) Guided Reinventation and Progessive Mathematizing
Berdasarkan prinsip Reinvention, para siswa semestinya diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses saat matematika ditemukan. Untuk keperluan tersebut maka perlu ditemukan masalah konstektual yang dapat menyediakan beragam prosedur penyelesaian serta mengindikasikan rute pembelajaran yang berangkat dari tingkat belajar matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika secara formal (progessive mathemazing).
2) Didactical Phenomologi
Berdasar prinsip ini penyajian topik-topik matematika yang termuat dalam pembelajran matematika realistik disajikan atas dua pertimbangan yaitu (i) memunculkan ragam aplikasi yang harus diantisipasi dalam proses pembelajaran dan (ii) kesesuaiannya sebagai hal yang berpengaruh dalam proses progressive mathemazing.
3) Self Developed Models
Berdasar prinsip ini saat mengerjakan masalah konstektual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal siswa mengembangkan model yang diakrabinnya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan akhirnya mode tersebut menjadi sungguh-sungguh ada (entity) yang dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian di atas,
maka prinsip pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) adalah
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep matematika dalam
menyelesaikan berbagai masalah. Masalah tersebut dapat berupa masalah
konstektual yang harus dirubah kedalam bentuk masalah matematika, kemudian
menyelesaikannya dengan menggunakan konsep, operasi dan prosedur matematika
yang berlaku dan dipahami siswa. Siswa mengembangkan cara penyelesaian tersebut
dengan menggunakan cara-cara matematika yang sudah diketahuinya.
Pendekatan Realistic Mathematics
Education mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut.
· Menggunakan konteks, artinya dalam pembelajaran matematika
realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa
dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang konstektual bagi siswa.
· Menggunakan model, artinya permasalahan atau ide dalam matematika
dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model
yang mengarah tingkat abstrak.
· Menggunakan kontribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau
penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.
· Interaktif, artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh
interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan
sebagainya
· Intertwin, artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan
sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.
Langkah-langkah pendekatan Realistic Mathematic Education
Berdasarkan pengertian, prinsip, dan karakterisistik Pendekatan Realistic Mathematic Education sebagaimana telah diuraikan maka dapat dirancang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education sebagai berikut :
Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
Pada langkah ini guru menyajikan masalah konstektual kepada siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memahami masalah itu terlebih dahulu. Karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada langkah ini adalah mennggunakan konsteks.
Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
Langkah ini ditempuh saat siswa mengalami kesulitan memahami masalah kontektual. Pada langkah ini guru memberikan bantuan dengan memberi petunjuk atau pertanyaan seperlunya yang dapat mengarahkan siswa untuk memahami masalah. Karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada langkah ini adalah interaktif, yaitu terjadinya interaksi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Langkah 3. Menyelesaikan masalah kontektual
Pada tahap ini siswa didorong menyelesaikan masalah kontektual secara individu berdasar kemampuannya dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk yang telah disediakan. Pada tahap ini, dua prinsip pendekatan Realistic Mathematic Education yang dapat dimunculkan adalah guided reiventation and progressive mathemazing dan self-developed models. Karakteristik yang dapat dimunculkan adalah penggunaan model. Dalam menyelesaikan masalah siswa mempunyai kebebasan membangun model atas masalah tersebut.
Langkah 4: Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Pada tahap ini guru mula-mula meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masing-masing. Selanjutnya guru meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang telah dimilikinya dalam diskusi kelas, sedangkan karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada tahap ini adalah interaktif dan menggunakan kontribusi siswa. Interaksi dapat terjadi antara siswa dengan siswa juga antara guru dengan siswa.
Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan mengenahi pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip yang telah dibangun bersama. Pada tahap ini karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul adalah interaktif serta menggunakan kontribusi siswa.
Berdasarkan pengertian, prinsip, dan karakterisistik Pendekatan Realistic Mathematic Education sebagaimana telah diuraikan maka dapat dirancang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education sebagai berikut :
Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
Pada langkah ini guru menyajikan masalah konstektual kepada siswa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk memahami masalah itu terlebih dahulu. Karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada langkah ini adalah mennggunakan konsteks.
Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
Langkah ini ditempuh saat siswa mengalami kesulitan memahami masalah kontektual. Pada langkah ini guru memberikan bantuan dengan memberi petunjuk atau pertanyaan seperlunya yang dapat mengarahkan siswa untuk memahami masalah. Karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada langkah ini adalah interaktif, yaitu terjadinya interaksi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Langkah 3. Menyelesaikan masalah kontektual
Pada tahap ini siswa didorong menyelesaikan masalah kontektual secara individu berdasar kemampuannya dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk yang telah disediakan. Pada tahap ini, dua prinsip pendekatan Realistic Mathematic Education yang dapat dimunculkan adalah guided reiventation and progressive mathemazing dan self-developed models. Karakteristik yang dapat dimunculkan adalah penggunaan model. Dalam menyelesaikan masalah siswa mempunyai kebebasan membangun model atas masalah tersebut.
Langkah 4: Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Pada tahap ini guru mula-mula meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masing-masing. Selanjutnya guru meminta siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang telah dimilikinya dalam diskusi kelas, sedangkan karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul pada tahap ini adalah interaktif dan menggunakan kontribusi siswa. Interaksi dapat terjadi antara siswa dengan siswa juga antara guru dengan siswa.
Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan mengenahi pemecahan masalah, konsep, prosedur atau prinsip yang telah dibangun bersama. Pada tahap ini karakteristik pendekatan Realistic Mathematic Education yang muncul adalah interaktif serta menggunakan kontribusi siswa.
No comments:
Post a Comment